- Aku tercipta untukmu wahai manusia, rawat dan jagalah agar kamu tetap hidup
- Tugasku hanya bertasbih kepada Tuhan dan kehidupanku hanya untukmu wahai manusia
- Jika kau merawat aku hari ini artinya kau menyiapkan kehidupanmu 20 tahun ke depan
- Selembar daunku berarti secercah kehidupanmu
- Kau dan aku tak bisa dipisahkan karena kita saling membutuhkan
- Jika aku tidak disiram aku akan layu dan mati, itu berarti awal deritamu
- Jika aku tidak disiram aku masih dapat berharap dari hujan, tapi jika aku mati kau tak dapat berharap dari siapapun
- Kau hidup perlu oksigen dan akulah produsennya
- Kau mengeluarkan racun akulah yang membersihkannya
- Jika dahanku kau petik pasti patah tapi kau telah kehilangan sebagian hidupmu
- Aku hidup berbunga berbuah bukan untukku tapi untukmu
- Setetes air mungkin tak berarti bagimu tapi sangat bermakna bagiku
- Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang , tapi kita meminjamnya dari anak cucu
- Cintailah apa yang kau miliki dan milikilah apa yang kau cintai
- Jika anda tak disibukkan dengan ha-hal besar pasti anda akan disibukkan dengan hal-hal kecil
- Pohon yang berebut sinar matahari di hutan pasti lebih kuat dari pada pohon pakis yang berlindung di balik pohon lain
- Pohon selalu mendoakan keselamatan bagi manusia yang tangannya ringan untuk merawatnya
- Jadilah seperti tumbuhan terlihat tak melakukan apa" tapi dia sudah merencanakan sesuatu dan melakukan sesuatu yg berguna.
“Lupa bagaimana menggali dan merawat tanah kelahiran adalah lupa akan diri sendiri”
Kaum Miskin Indonesia
Minggu, 13 Juli 2014
kata mutiara dari tumbuhan
Sabtu, 12 Juli 2014
Tradisi Manhelan
KEFAMENANU, KOMPAS.com
— Jenazah Pius Pua Bana (49) diajak bercanda dan bergembira bersama
keluarga dan warga masyarakat Bikomi sebelum dimakamkan di Tempat
Pemakaman Umum (TPU) Maslete, Selasa (4/3/2014). Ini merupakan tradisi
masyarakat adat Bikomi.
Pantauan Pos Kupang, Selasa (4/3/2014), sebelum jenazah dikeluarkan dari rumah duka, secara berurutan istri almarhum bersama anak-anaknya memberikan penghormatan terakhir. Selanjutnya diikuti oleh saudara-saudarinya dan orangtua, keponakan langsung, keponakan luar, dan ipar dalam ipar luar.
Selanjutnya, setelah peti jenazah ditutup, pasukan "berkuda" yang menjadi kendaraan bagi Pius Pua Bana untuk dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya disiapkan, yakni dengan menyediakan dua batang bambu mentah.
Peti jenazah dikeluarkan dan saat peti jenazah dibawa keluar, istri dan anak-anak almarhum berjalan melintasi kolong peti jenazah sebagai tanda perpisahan antara almarhum dan keluarga inti.
Jenazah almarhum kemudian diarak dengan berjalan kaki mulai dari rumah duka menuju TPU Maslete yang berjarak sekitar empat kilometer. Sepanjang perjalanan, walau sempat diguyur hujan deras, ratusan keluarga dan masyarakat Bikomi tetap semangat dan terus bercanda dengan almarhum, yakni dengan aksi tarik-dorong antara anggota keluarga dan masyarakat yang berada di depan versus keluarga dan masyarakat yang berada di belakang peti jenazah.
Aksi tarik-dorong peti jenazah almarhum ini sendiri dilakukan secara berulang kali, terutama di titik-titik persimpangan jalan, dan dilakukan dengan penuh sukacita dan sorak-sorai dari ratusan keluarga dan masyarakat Bikomi yang ikut dalam prosesi pemakaman ini.
Aksi ini, menurut tradisi setempat, merupakan kesempatan untuk bercanda ria dengan anggota keluarga bangsawan Bikomi yang meninggal dunia.
"Ini merupakan kesempatan untuk bercanda dan bersuka cita bersama dengan almarhum untuk terakhir kali. Dan ini sudah menjadi tradisi masyarakat Bikomi pada umumnya dan keluarga Bana sehingga tidak bisa kami tinggalkan. Prosesi dari rumah duka ke tempat pemakaman juga dilakukan dengan berjalan kaki karena tidak boleh dinaikkan ke atas kendaraan," jelas salah seorang keluarga almarhum, Theodorus Bana, seperti dikutip dari Pos Kupang di TPU Maslete, Selasa (4/3/2014), terkait aksi tarik-dorong jenazah almarhum Pius Pua Bana.
Sementara prosesi arak-arakan ke TPU yang dilakukan dengan berjalan kaki ini, menurut Theodorus, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi yang ada antara turunan bangsawan dan masyarakat Bikomi.
"Kalau jenazah almarhum dinaikkan ke atas mobil untuk dibawa ke tempat pemakaman, itu sama dengan kami tidak menghargai masyarakat Bikomi," tegasnya.
Tradisi Manhelan
Tradisi bercanda dengan jenazah ini dalam bahasa Dawan disebut sebagai tradisi Manhelan (saling tarik). Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun untuk semua jajaran keturunan bangsawan Bikomi, khususnya keluarga Bana.
Karena itu, setiap kali ada anggota keluarga Bana yang meninggal dunia, prosesi pemakaman dilakukan dengan berjalan kaki diwarnai aksi saling tarik-dorong, baik untuk anggota keluarga bangsawan laki-laki maupun perempuan.
Almarhum Pius Pua Bana sendiri merupakan anak ketiga dari Raja Mikael Bana. Dia merupakan calon penerima tongkat kerajaan Bana selanjutnya jika tidak meninggal.
Pantauan Pos Kupang, Selasa (4/3/2014), sebelum jenazah dikeluarkan dari rumah duka, secara berurutan istri almarhum bersama anak-anaknya memberikan penghormatan terakhir. Selanjutnya diikuti oleh saudara-saudarinya dan orangtua, keponakan langsung, keponakan luar, dan ipar dalam ipar luar.
Selanjutnya, setelah peti jenazah ditutup, pasukan "berkuda" yang menjadi kendaraan bagi Pius Pua Bana untuk dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya disiapkan, yakni dengan menyediakan dua batang bambu mentah.
Peti jenazah dikeluarkan dan saat peti jenazah dibawa keluar, istri dan anak-anak almarhum berjalan melintasi kolong peti jenazah sebagai tanda perpisahan antara almarhum dan keluarga inti.
Jenazah almarhum kemudian diarak dengan berjalan kaki mulai dari rumah duka menuju TPU Maslete yang berjarak sekitar empat kilometer. Sepanjang perjalanan, walau sempat diguyur hujan deras, ratusan keluarga dan masyarakat Bikomi tetap semangat dan terus bercanda dengan almarhum, yakni dengan aksi tarik-dorong antara anggota keluarga dan masyarakat yang berada di depan versus keluarga dan masyarakat yang berada di belakang peti jenazah.
Aksi tarik-dorong peti jenazah almarhum ini sendiri dilakukan secara berulang kali, terutama di titik-titik persimpangan jalan, dan dilakukan dengan penuh sukacita dan sorak-sorai dari ratusan keluarga dan masyarakat Bikomi yang ikut dalam prosesi pemakaman ini.
Aksi ini, menurut tradisi setempat, merupakan kesempatan untuk bercanda ria dengan anggota keluarga bangsawan Bikomi yang meninggal dunia.
"Ini merupakan kesempatan untuk bercanda dan bersuka cita bersama dengan almarhum untuk terakhir kali. Dan ini sudah menjadi tradisi masyarakat Bikomi pada umumnya dan keluarga Bana sehingga tidak bisa kami tinggalkan. Prosesi dari rumah duka ke tempat pemakaman juga dilakukan dengan berjalan kaki karena tidak boleh dinaikkan ke atas kendaraan," jelas salah seorang keluarga almarhum, Theodorus Bana, seperti dikutip dari Pos Kupang di TPU Maslete, Selasa (4/3/2014), terkait aksi tarik-dorong jenazah almarhum Pius Pua Bana.
Sementara prosesi arak-arakan ke TPU yang dilakukan dengan berjalan kaki ini, menurut Theodorus, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi yang ada antara turunan bangsawan dan masyarakat Bikomi.
"Kalau jenazah almarhum dinaikkan ke atas mobil untuk dibawa ke tempat pemakaman, itu sama dengan kami tidak menghargai masyarakat Bikomi," tegasnya.
Tradisi Manhelan
Tradisi bercanda dengan jenazah ini dalam bahasa Dawan disebut sebagai tradisi Manhelan (saling tarik). Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun untuk semua jajaran keturunan bangsawan Bikomi, khususnya keluarga Bana.
Karena itu, setiap kali ada anggota keluarga Bana yang meninggal dunia, prosesi pemakaman dilakukan dengan berjalan kaki diwarnai aksi saling tarik-dorong, baik untuk anggota keluarga bangsawan laki-laki maupun perempuan.
Almarhum Pius Pua Bana sendiri merupakan anak ketiga dari Raja Mikael Bana. Dia merupakan calon penerima tongkat kerajaan Bana selanjutnya jika tidak meninggal.
Rumah Adat Sonaf Bikomi
Rumah Adat Sonaf Bikomi
Sonaf Bikomi merupakan rumah adat dari Suku Bana. Sonaf ini
berdampingan dengan : Tola Bikomi yaitu rumah tempat memasak jagung
mudah setelah panen pertama. Haumonef Bikomi, Ume Ola : rumah yang
pertama kali menerima sebagian hasil panen Somaf Bikomi.
Sonaf Bana mempunyai 4 saudara yang biasa disebut Ato Bana Lake Sanak yaitu :
- Sanaf Sanak berasal dari Maslete
- Sonaf Bana berasal dari Tubuhue
- Sonaf Ato berasal dari Oenemu
- Sonaf Lake berasal dari Haumeni
Sonaft didirikan oleh Aluman Bana pada tahun 1938 dan pada tahun 1942
meninggal dan diganti oleh Malafu Bana yang meninggal pada tahun 1999
kemudian diganti oleh Agustinus Bana (Ase Bana). Sonaf Bikomi berfungsi
sebagai tempat musyawarah dan upacara adat pendinginan. Sonaf Bikomi
terbagi 2 ruangan yaitu bagian depan merupakan ruang pertemuan dan
sedangkan pada bagian belakang terdapat ruang tempat tidur dan dapur.
Material yang digunakan untuk atap/ Hun dari alang - alang, tiang usuk/
Suaf terbuat dari batang cemara, usuk diukir melambangkan 8 bersaudara
(Nenis, Hala, Funan, Oetpah, Sife, Tanik dan Apaol Bana) dari tokoh ada
yang berhak mengerjakan Sonaf Bikomi. Rangka/ latah (Tak Pani) atap
terbuat dari batang pinang. Dinding/ Niki terbuat dari kayu merah. Tiang
induk/ Ni Ainaf terbuat dari kayu merah.
Bagian depan Sonaf Bikomi tertancap kayu bercabang tiga yang disebut
Haumenof Bikomi berfungsi sebagai tempat memotong ayam/ babi pada saat
upacara adat.
Sumber : Selayang Pandang Cagar Budaya & Situs di 21 Kabupaten/ Kota se-Nusa Tenggara Timur tahun 2012
Kamis, 10 Juli 2014
STRATEGI SAEMAUL UNDONG
(Oleh: Yumi Angelia)
Bila kita mengingat kembali sejarah
perkembangan negara-negara di dunia ketiga, pada tahun 1960-an kondisi
negara Korea dan Indonesia tidak jauh berbeda. Dengan tingkat inflasi,
pengangguran, dan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi sedangkan
pertumbuhan ekonomi, ketersediaan pangan dan stabilitas politik sangat
rendah. Namun apa yang kita lihat saat ini, negara Korea melaju sangat
cepat dan meninggalkan negara-negara ketiga lainnya dan mulai bersaing
dengan negara-negara maju lainnya termasuk macan Asia, yaitu Jepang.
Semua mata dunia terarah pada Korea dan bertanya-tanya apa resepnya? Apa
yang menyebabkan perkembangan yang begitu pesat di Korea? Apa yang
menjadi faktor pendorong, yang sangat berpengaruh dalam memajukan bangsa
Korea? Salah satu jawabannya adalah S M U.
SMU singkatan dari Saemaul Undong
(dibaca Semalundong - red) yang berarti gerakan pembangunan masyarakat
desa yang membawa pencerahan spiritual dan kondisi kehidupan yang lebih
baik (pendapatan, infrastruktur, lingkungan tempat tinggal dan
komunitas). Gerakan ini didasarkan pada semangat menolong diri sendiri
dan kerja sama dengan dukungan dari Pemerintah.
SMU telah menjadi super power bagi
bangsa Korea dalam membangun negaranya dalam berbagai bidang
pembangunan, termasuk di antaranya gerakan penghijauan Korea (greening
Korea). Kesuksesan gerakan penghijauan di Korea antara lain karena
dipersiapkan dengan perencanaan yang matang dengan memperhitungkan
segala aspek, seperti kondisi tanah : sifat fisik dan kimia tanah,
bangunan konservasi tanah, jenis tanaman, dan lainnya. Tetapi yang
paling penting dan menentukan ialah komitmen Pemerintah, baik Pusat
maupun daerah untuk merehabilitasi dan merestorasi hutan Korea yang
rusak parah setelah perang. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan
informasi, bahkan menjadi inspirasi dan menggugah semangat penyuluh
kehutanan sebagai agen pembaharu (change agent) untuk mengembangkan
modal sosial dalam menjalankan tugas di lapangan.
TUJUAN SAEMAUL UNDONG
SMU memiliki tujuan jangka menengah dan
jangka panjang. Tujuan jangka menengah SMU adalah mencapai kondisi
kehidupan yang baik, sedangkan tujuan jangka panjangnya ialah membangun
komunitas masyarakat yang baik dan modern, sehingga akhirnya dapat
membangun bangsa yang kuat.
Tujuan tersebut dicapai melalui : 1)
peningkatan pendapatan rumah tangga petani; 2) pembangunan
infrastruktur desa; 3) perbaikan lingkungan tempat tinggal; dan 4)
pencerahan spiritual serta perbaikan sistem sosial. Semua dilandasi
dengan semangat Menolong Diri Sendiri (self help) dan Kerja Sama.
1. Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Petani
Pendapatan rumah tangga petani terdiri dari pendapatan dari hasil ladang dan pendapatan lainnya. Menemukan varietas unggulan yang dapat meningkatkan produktivitas, irigasi, teknologi penanaman dan pengelolaan lahan yang lebih maju, pemanenan, prosesing dan pemasaran merupakan aspek yang diperlukan untuk meningkatkan pendapatan petani. Menciptakan lapangan kerja baru dengan pembangunan pabrik pengolahan makanan, pasar, dan pelayanan masyarakat desa merupakan aspek lainnya yang mendapatkan perhatian untuk meningkatkan pendapatan petani.
2. Pembangunan Infrastruktur Desa
Peningkatan infrasruktur desa diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan menambah kenyamanan kehidupan di desa. Infrastruktur desa dapat digolongkan menjadi dua yaitu infrastruktur produksi pertanian dan sosial pedesaan.
3. Peningkatan lingkungan tempat tinggal
Pembangunan tempat MCK, dapur, sistem pembuangan limbah rumah tangga untuk menciptakan kondisi kerja dan tempat tinggal yang memenuhi standar sanitasi. Penanaman pohon dan tanaman bunga untuk menciptkan lingkungan yang asri, membuat taman dan fasilitas publik untuk tempat berkumpul masyarakat desa. Aliran sungai dan hutan dilestarikan untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
4. Menghidupkan spiritualitas penduduk desa
Mengembangkan kesadaran pembangunan dan menularkan semangat kerajinan, kerja sama dan menolong diri sendiri. Walaupun penduduk desa menyadari kebutuhan untuk membangun, mereka tidak memiliki akses dalam pembangunan. Oleh karena itu pemerintah menyediakan pelatihan dan penyuluhan untuk membangkitkan jiwa kepemimpinhan, dan mempelajarai cara pengelola sumberdaya dan menghasilkan produk bernilai sebagai aktivitas ekonomi. Masyarakat desa perlu mengembangkan organisasi masyarakat yang lebih efisien untuk peningkatan kinerja mereka.
1. Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Petani
Pendapatan rumah tangga petani terdiri dari pendapatan dari hasil ladang dan pendapatan lainnya. Menemukan varietas unggulan yang dapat meningkatkan produktivitas, irigasi, teknologi penanaman dan pengelolaan lahan yang lebih maju, pemanenan, prosesing dan pemasaran merupakan aspek yang diperlukan untuk meningkatkan pendapatan petani. Menciptakan lapangan kerja baru dengan pembangunan pabrik pengolahan makanan, pasar, dan pelayanan masyarakat desa merupakan aspek lainnya yang mendapatkan perhatian untuk meningkatkan pendapatan petani.
2. Pembangunan Infrastruktur Desa
Peningkatan infrasruktur desa diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan menambah kenyamanan kehidupan di desa. Infrastruktur desa dapat digolongkan menjadi dua yaitu infrastruktur produksi pertanian dan sosial pedesaan.
3. Peningkatan lingkungan tempat tinggal
Pembangunan tempat MCK, dapur, sistem pembuangan limbah rumah tangga untuk menciptakan kondisi kerja dan tempat tinggal yang memenuhi standar sanitasi. Penanaman pohon dan tanaman bunga untuk menciptkan lingkungan yang asri, membuat taman dan fasilitas publik untuk tempat berkumpul masyarakat desa. Aliran sungai dan hutan dilestarikan untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
4. Menghidupkan spiritualitas penduduk desa
Mengembangkan kesadaran pembangunan dan menularkan semangat kerajinan, kerja sama dan menolong diri sendiri. Walaupun penduduk desa menyadari kebutuhan untuk membangun, mereka tidak memiliki akses dalam pembangunan. Oleh karena itu pemerintah menyediakan pelatihan dan penyuluhan untuk membangkitkan jiwa kepemimpinhan, dan mempelajarai cara pengelola sumberdaya dan menghasilkan produk bernilai sebagai aktivitas ekonomi. Masyarakat desa perlu mengembangkan organisasi masyarakat yang lebih efisien untuk peningkatan kinerja mereka.
PERKEMBANGAN SMU
Pelaksanaan SMU diawali dengan pemberian
semen untuk pembangunan infrastruktur desa. Kemudian berkembang ke arah
menstimulasi kebutuhan pembangunan, penyelesaian permasalahan desa.
Selanjutnya pelatihan pemimpin SMU desa, perkembangan SMU ke daerah
perkotaan dalam pembangunan pabrik dilandasi kerja sama dan self help.
Akhirnya SMU berkembang lebih luas menjadi kampanye nasional.
Pada 10 tahun pertama pelaksanaan SMU,
sudah terkumpul investasi sebesar 5.258 milyar won dengan sharing dari
pemerintah 51% dan masyarakat 49%. Infrastruktur yang dibangun adalah
jalan produksi sepanjang 6.187 km, 82.596 jembatan, 39.231 tempat
pertemuan masyarakat, dan 258.000 unit rumah.
STRATEGI SAEMAUL UNDONG
Ada tiga pendekatan mendasar dalam SMU,
yaitu : 1) Pendekatan Top Down - Community Based (pendekatan top down
bersama Masyarakat; 2) Pendekatan Terpadu dan 3) Pendekatan The More The
Better.
1. Pendekatan Top Down-Community Based
Filosofi pembangunan masyarakat
(community development) adalah masyarakat harus menidentifikasi sendiri
masalahnya dan sekaligus menemukan sendiri solusi yang terbaik bagi
mereka. Masyarakat tidak akan berpartisipasi pada program pembangunan
apabila kegiatan tersebut tidak menjadi kebutuhan mereka.
Tetapi seringkali masyarakat tidak dapat
mengidentifikasi kebutuhannya karena mereka tidak menyadari apa yang
mereka butuhkan. Atau sekalipun mereka menyadari kebutuhan pembangunan,
mereka tidak termotivasi untuk membangun karena mereka tidak memiliki
sumberdaya dan pengetahuan untuk mencapai kebutuhannya. Oleh karenanya
mereka membutuhkan bantuan pihak eksternal untuk mencapai kebutuhannya.
SMU menggunakan pendekatan Top
Down-Community Based untuk memotivasi masyarakat dan membawa kebutuhan
pembangunan yang dibutuhkan masyarakat. Pemerintah menyediakan kebutuhan
pembangunan dan pelatihan bagi masyarakat desa untuk menyadarkan mereka
tentang kebutuhan pembangunan dan untuk mengelola kelompok masyarakat
untuk melaksanakan kegiatan/proyek pembangunan.
Pendekatan ini merupakan strategi yang
unik, bertujuan untuk meletakkan dasar pembangunan dan memberikan
pencerahan bagi masyarakat desa tentang pentingnya pendekatan bottom up.
Dengan subsidi, dukungan administrasi yang intensif, pembinaan dari
Pemerintah, masyarakat desa ditantang untuk memilih pemimpin mereka,
memilih kegiatan dan melakukan perencanaan program dan pelaksanaan untuk
meningkatkan standar kehidupan mereka. Pada proses ini Pemerintah tetap
menjamin kemandirian penduduk desa untuk memutuskan penggunaan subsidi
dan cara mereka membangun sesuai dengan kebutuhannya. Subsidi dan
inisiatif pemerintah akan berkurang secara bertahap jika masyarakat desa
telah mencapai tingkat pembangunan tertentu.
2. Pendekatan Terpadu
Pembangunan masyarakat harus dipadukan
secara vertikal dan horisontal pada tingkat masyarakat. Integrasi
vertikal berarti koordinasi antara pembangunan tingkat masyarakat dan
kebijakan pembangunan Pemerintah Pusat. Integrasi horisontal berarti
integrasi di antara sektor pada tingkat masyarakat.
Integrasi horizontal berarti kegiatan
pembangunan individu di tingkat desa harus terintegrasi dengan
perencanaan pembangunan desa. Di desa seringkali terjadi berbagai
perencanaan pembangunan dilakukan oleh berbagai kementerian, badan, LSM
pada kelompok tani yang sama. Sumber penganggaran yang berbeda dan
perbedaan kepentingan menyebabkan kegiatan pembangunan di tingkat desa
sulit dipadukan. Untuk dampak pembangunan yang lebih nyata,
kegiatan/program pembangunan tersebut harus diintegrasikan dalam
perencanaan pembangunan masyarakat yang komprehensif.
Integrasi vertikal. Setiap masyarakat
desa mengembangkan rencana aksi SMU masing-masing dengan dukungan
subsidi dan pelatihan dari pemerintah. Setiap tahun pemerintah pusat
menyediakan bahan pembangunan seperti semen, besi dan subsidi anggaran
untuk partisipasi masyarakat desa dalam program SMU. Oleh karena itu
rencana pembangunan tingkat mikro harus terintegrasi dengan kebijakan
Pemerintah Pusat terkait pembangunan desa.
SMU merupakan gerakan penyadaran
masyarakat desa untuk hidup lebih baik, sehingga tidak dapat
diselesaikan sekaligus, tetapi melalui pelaksanaan kegiatan
berkelanjutan selama beberapa tahun, dan tahap demi tahap. Rencana Aksi
SMU biasanya ditetapkan untuk tujuan pembangunan 5 tahun, sehingga
masyarakat desa memiliki visi capaian target pembangunan dalam 5 tahun
dan berupaya mencapai target tersebut.
Kebijakan SMU dalam skala mikro antara
lain: (1) Peningkatan pendapatan (pertanian dan non pertanian); (2)
Pembangunan infrastruktur (Infrastruktur pertanian dan sosial); (3)
Pembangunan komunitas (Pembangunan gedung-gedung pertemuan dan
pembangunan lingkungan pedesaan); (4) Pengembangan sosial budaya
(penguatan kelembagaan masyarakat); dan (5) Kesehatan dan Sanitasi
(pengadaan air bersih, MCK dan lainnya).
3. Pendekatan The Better The More
Untuk pelaksanaan SMU yang lebih baik,
peran pemerintah daerah dan pemimpin SMU perlu ditingkatkan. Oleh karena
itu Pemerintah Pusat mendirikan Saemaul Traning Institute untuk melatih
pemimpin lokal dan pemimpin Saemaul tentang spirit Saemaul, membangun
kepemimpinan, administrasi public, organisasi masyarakat dan teknologi
professional dalam pertanian, kehutanan, perinakan dan lainnya.
Setelah pelatihan, pemimpin Saemaul
harus dikenal kewenangan dan profesinya, sehingga pemerintah
mengeluarkan kartu identitas. Pemimpin Saemaul diberikan kesempatan
untuk memainkan peran penting dalam pertemuan masyarakat. Untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi pemimpin Saemaul, Pemerintah
memberikan penghargaan Saemaul.
Untuk membangun konsensus nasional,
pelatihan Saemaul melibatkan bukan saja pemimpin Saemaul tetapi pemimpin
politik, pegawai pemerintah, tokoh masyarakat dan pemimpin lokal.
Peserta pelatihan terdiri dari berbagai organisasi mayarakat dan
pemerintah sehingga dapat saling memahami.
TANTANGAN PENGEMBANGAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Belajar dari pengalaman SMU di Korea,
untuk dapat mengembangkan modal sosial yang sudah dimiliki bangsa
Indonesia, beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah: Organisasi dan
Partisipasi Masyarakat, Dukungan Pemerintah, Agen Pembaharu,
Kepemimpinan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Masyarakat harus memiliki keinginan kuat
untuk berkembang ke arah masyarakat yang lebih maju, dan membuka diri
untuk mengadopsi inovasi. Jika masyarakat terus mengharapkan subsidi
dari pihak luar, maka modal sosial sulit untuk dikembangkan. SMU dapat
berjalan baik karena : (1) keswadayaan masyarakat desa, (2) keinginan
kuat untuk berkembang, (3) kemampuan menghasilkan sumberdaya
pembangunan, dan (4) kepemimpinan dalam mengorganisir dan menggerakkan
masyarakat untuk pembangunan.
Dukungan Pemerintah dalam hal ini ialah
memotivasi masyarakat desa untuk membangun desanya melalui penyediaan
anggaran, bahan dan bantuan tenaga teknis dengan semangat keswadayaan
dan kerja sama. Pemerintah perlu menetapkan gerakan membangun desa
dimaksud sebagai kebijakan nasional. Pemerintah juga harus memiliki
komitmen politik, menyediakan sarana pendukung : administrasi, keuangan,
teknis, serta pendidikan dan pelatihan.
Agen pembaharu, dalam hal ini adalah
pemimpin lokal, penyuluh ataupun pendamping berperan dalam : (1)
mengubah sikap masyarakat, (2) mengembangkan keinginan masyarakat untuk
berubah, (3) mendiagnosa permasalahan masyarakat dan (4) menolong mereka
menemukan solusi. Agen pembaharu juga harus inovatif, dan kreatif untuk
mengadopsi inovasi, memiliki kepemimpinan kuat untuk memimpin
masyarakat desa dan memiliki visi untuk membangun masyarakat desanya.
Penyuluhan sebenarnya sejalan dengan
jiwa dan semangat Saemaul Undong yaitu membangkiktan semangat menolong
diri sendiri (swadaya) dan kerja sama (pengembangan modal sosial).
Penyuluhan sebagai suatu proses pembelajaran memiliki tujuan menolong
diri sendiri dan kerja sama untuk kemandirian masyarakat. Sekarang yang
menjadi permasalahan adalah bagaimana semua warga negara dapat melihat
permasalahan bangsa dan negara sebagai bagian dan tantangan bersama
untuk maju. Modal sosial yang saat ini sangat lemah dan langka ialah
KEPERCAYAAN (trust), kepercayaan rakyat pada pemimpin negara dan
kepercayaan pemimpin negara kepada rakyatnya, sehingga saat ini
KETIDAKPERCAYAAN sebagai energi super power yang meluluhlantahkan
pembangunan di negara kita. Harapan kita semua, seperti syair lagu
“badai pasti berlalu…semoga badai ini segera berlalu….”
Langganan:
Postingan (Atom)