Kaum Miskin Indonesia

Kaum Miskin Indonesia
Perjuangan kita tak akan sia-sia. Asalkan kita tahu dari mana kita berasal (diktum sokrates), dan kemana tujuan kita (aquinas), serta dimana kita akan berhenti (Honing A Bana).

Rabu, 29 Januari 2014

Pemetaan bagi caleg




Kenali Diri Sendiri, Kenali Lawan; Maka Kemenangan Sudah Pasti Ada di Tangan! Kenali Medan Pertempuran, Kenali Iklim;  Maka Kemenangan Akan Sempurna! (Sun Tzu)
Pemilu 2014 seolah sudah di ujung mata. Seperangkat regulasi Pemilu pun sudah terbit. Otomatis, satu tahun ke depan bukan waktu yang panjang bagi partai politik maupun para calon anggota legislatif atau calon presiden (wakil presiden) untuk mempersiapkan diri. Upaya untuk meraih simpati rakyat akan kian gencar dilaksanakan di hari-hari ke depan.
Pesta demokrasi Pemilu memanglah agenda rutin 5 tahunan di negeri ini. Meskipun demikian, Pemilu bukanlah agenda rutin tanpa makna. Eksistensi, arah dan raihan cita-cita negara dan pemerintahan ada di sebalik hajatan Pemilu itu. Karenanya, prosedur dan teknis Pemilu hendaknya berbanding lurus terhadap substansi demokrasinya. Bahwa di sebaliknya ada amanah besar bagi pemimpin terpilih untuk bekerja cerdas memajukan bangsa dan negara.
Sejatinya, kerja-kerja politik dilakukan pasca Pemilu. Namun, pasca euforia menjadi pemenang pemilu dan calon terpilih, partai politik dan anggota legislatif terpilih justru lebih banyak yang “tiarap”. Bekerjanya mesin politik baru segera dimulai ketika mendekati Pemilu berikutnya. Mereka ini justru disibukkan dengan kunjungan kerja, pembahasan regulasi dan mungkin menyiapkan kembali “amunisi”. Jika satu tahun ke depan banyak Anggota Legislatif yang mungkin abai pada tugas pokok dan fungsinya, harap maklum saja. Mereka akan berada pada dua dunia, karena harus mempersiapkan diri maju bertanding kembali di Pemilu 2014 mendatang.

 Pemetaan Politik
Hari-hari sibuk dan berkeringat akan segera dimulai. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para politisi dalam meraih kemenangan dalam even Pemilu. Pertama, Pemetaan Perilaku Pemilih. Sulit untuk menemukan pemilih loyal dan fanatik jika bukan berdasarkan aspek ideologis. Karenanya, pemetaan perilaku pemilih berhubungan dengan memetakan pemilih berdasarkan demografi dan preferensi politik, memetakan isu-isu strategis lokal atau di Daerah Pemilihan (Dapil), memetakan nama-nama yg berpotensi menjadi kawan dan lawan, dan memetakan media komunikasi yg efektif digunakan oleh pemilih. Dengan demikian, outputnya adalah diperolehnya Strategi Mempengaruhi Perilaku Pemilih.
Kedua, Pemetaan Jaringan. Seorang calon Anggota Legislatif dapat memetakan jaringan yang dipunyainya. Yaitu dengan cara menginventarisir  jaringan yang potensial menjadi mesin politik bagi dirinya. Bila calon terpilih berdasarkan suara terbanyak, maka boleh jadi calon anggota legislatif akan “bermain” sendiri-sendiri. Sehingga ia harus dapat memanfaatkan jaringan yang telah dibangun selama. Disamping itu, juga memetakan wilayah dari masing-masing jaringan, serta menginventarisir nama-nama yang memiliki potensi menjadi tim sukses. Dengan demikian akan didapat output strategi mobilisasi.
Strategi ini ditujukan untuk membangun organisasi pemenangan yang efektif dan efisien, mendesign kerangka kerja organisasi yang jelas dan terukur, serta menentukan target-target pemenangan dan schedulenya. Biasanya jaringan yang kerap digunakan adalah organisasi kemasyarakatan dan pemuda, keluarga (trah), jaringan partai politik/mesin parpol, dan jaringan kelompok-kelompok kepentingan lain yang berada di daerah pemilihannya.
Ketiga, Pemetaan Media Massa. Media massa memang kampiun dalam memengaruhi opini publik. Oleh karenanya, pemetaan media massa adalah dengan menginventarisir semua media massa lokal, melakukan analisis kecenderungan isi media, menjajaki kemungkinan kerja sama, serta analisis media paling efektif yang dapat digunakan termasuk efisiensi anggaran, target sasaran dan tingkat keterbacaan. Pemetaan media massa ini akan menghasilkan sebuah strategi pencitraan.
Strategi pencitraan juga ditujukan untuk membentuk citra diri kandidat sesuai dengan visi, misi dan target pemilih, menentukan media komunikasi politik yang efektif, mendesign isi komunikasi politik, serta mempengaruhi isi liputan media massa.
Demokrasi yang sehat dalam suatu negara adalah yang pasar politiknya didasarkan pada kompetisi yang jujur,  sehat dan transparan. Secara teoritis sistem demokrasi yang jujur dan transparan itu selalu berpedoman pada partisipasi politik.  Sebagaimana disampaikan  Hutington & J.M. Nelson (1997) bahwa partisipasi politik itu berupa kebijakan yang diarahkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan  politik bagi para calon pemilih di arena pemilu.
Selamat berjuang di Pemilu 2014 mendatang!

Tidak ada komentar: