Kaum Miskin Indonesia

Kaum Miskin Indonesia
Perjuangan kita tak akan sia-sia. Asalkan kita tahu dari mana kita berasal (diktum sokrates), dan kemana tujuan kita (aquinas), serta dimana kita akan berhenti (Honing A Bana).

Minggu, 15 Desember 2013

Orator Ulung

  



BAB 1
Pidato sebagai medium penyampaian efektif
            Pidato merupakan medium yang sangat efektif dalam menyampaikan suatu pemikiran. Dikatakan efektif karena orator tersebut berhubungan langsung dengan massa. Keefektifan pidato terlihat ketika isi pidato orator tersebut dapat dipahami dan diterima public dengan baik. Agar pidato dapat efektif, seorang orator perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin. Setidaknya ia memiliki waktu yang cukup untuk mengumpulkan bahan-bahan yang akan dibicarakannya.
BAB II
Persiapan Awal
            Orator yang cermat akan memanfaatkan sebagian organ tubuhnya untuk mengekspresikan isi pidato dengan irama yang pas. Bagi mereka yang baru belajar berpidato, mereka mungkina agak canggung dan tekesan demam panggng. Sebenarnya, penyakit demam panggung tersebut dapat dihilangkan melalui latihan yang rutin. Adapun latihan tersebut berupa :
a.       Melatih suara
Suara adalah salah satu bagian terpenting dalam berpidato karena massa akan mendengarkan suara pidato yang dikeluarkan dari mulut orator. Suara yang baik akan menciptakan suasana menjadi hidup. Dengan melatih suara secara teratur, akan didapatkan hasil suara yang berkualitas dan bercirikhas.
b.      Melatih wajah
Melatih wajah dan tubuh sangat penting untuk menyesuaikan suara dan gerakan tubuh. Orator yang bersemangat akan menggunakan mimic wajah yang bersemangat pula. Ketika bernada pelan, ia akan menggerakkan bibirnya agak sedang. Pada saat mengacungan telunjukya, ia akan melantangkan suaranya. Gerakan wajah dan tubuh yang bervariasi itu dapat menambah daya tarik audiens.
c.       Melatih tubuh
Tidak semua organ tubuh digerakan pada saat berpidato. Hanya sebagian organ saja yang relative aktif bergerak saat tampil diatas podium diantaranya kepala, leher, tangan, dan badan, sedangkan kaki hanya digerakan sesekali saja. Ada beberapa macam gerakan tubuk yang kurang disukai oleh audiens, seperti menggaruk, mengernitkan hidung, mengeluarkan idah, merapikan rambut, dan melototkan mata. Sebaiknya gerakan-gerakan tersebut tidak dilakukan dan biasakan rutin untuk menggerakan tubuh agar selalu seirama dengan mimic dan suara.
d.      Menggunakan peralatan pidato
Hal terkecil yang sering dilupakan orator tentang cara penggunaan peralatan pidato. Dan peralatan tersebut antara lain :

1.      Mikrofon
Sebenarnya baik mikrofon berkabel maupun tidak berkabel sama dalam hal penggunaannya. Yang paling penting disini ialah jarak yang paling baik mikrofon dengan mulut adalah satu jengkal tangan, terlalu dekat seolah-olah member kesan yang kurang menarik dalam berpidato.
2.      Pengeras suara
Sebelum pidato dimulai alangkah baiknya pengeras suara diuji terlebih dahulu. Usaha ini sangatlah baik untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan ketika acara pidato dimulai.
3.      Echo
Agar suara orator terdengar baik aturlah echo yang terdapat pada speajer, usahakan pengaturan jangan terlalu tinggi dan pengujian echo sebaiknya dilakukan sebelum acara pidato dimulai.
BAB III
Membangun Mentalitsa Yang Kuat
            Tidak semua orator memiliki mental yang kuat. Terkadang orang berani bicara ketika hatinya sedang serah maupun bahagia, tetapi ketika hadi pada suasana yang lain ia menolak tawaran untuk tampil dengan alasasan gerogi. Sikap seperti demikian itu tidak berlaku bagi orator yang baik karena seorang orator yang teruji mentalnya selalu siap berpidato kapanpun ia dibutuhkan. Berikut ini adalah cara-cara menumbuhkan mental yang kuat :
a.       Menggunakan setiap kesempatan
Bahwa kesempatan itu tidak akan datang dua kali. Oleh karena itu, kita tidak petlu menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Jika kita sampai meniggalkan kesempatan itu berarti diri kita gagal menjadi orang yang pintar dan gagal melatih mental dalam diri kita sendiri.
b.      Rajin bertanya
Cara ini dikenal sangat efektif. Bahwa kesempatan seperti ini sering dijumpai diberbagai tempat dan kegiatan, seperti pada saat sekolah, kuliah, seminar, daln lain sebagainya. Bahwa dengan bertanya, berarti ilmu kita semakan bertambah dan yang terpenting adalah jangan malu bertanya. Dengan bertanya inilah kita sudah mampu memberanikan diri kita untuk berbicara di depan orang lain dengan ungkapan yang kritis.
c.       Membaca buku-buku psikologi
Banyak sekai orang yang jiwanya termotivasi setelah membaca buku-buku psikologi.Dari buku-buku seperti ini, kita dapatpelajaran yang sebelumnya tidak pernah diketahui.
d.      Membuat kelompok latihan
Usaha ini adalh kelanjutan dari poin pertama, cara ini dilakukan dengan mengajak teman-teman yang berminat masuk kedalam kelompok. Dengan membentuk kelompok latihan ini kita bisa saling emberi kesempatan dan mengevaluasi penampilan-penampilan yang telah dilakukan. Dengan demikian kita tidak perlu malu laki berbicara di depan orang.
BAB IV
Teknik Mempersiapkan Bahan
            Persiapan yang terkonsep dan teratur sangat diperlukan agar pidato yang kita sampaikan mudah dimengerti audiens. Ada beberapa langkah yang perlu disiapkan dalam berpidato :
  1. Menentukan topic pembicaraan
Sebelum menentukan topic pembicaraan, sebaiknya dipertimbangkan terlebih dahulu aspek-aspek pendukungnya seperti bagaimana public yang akan dihadapi, wata dan karakter mereka, urgen diselenggarakan acara tersebut, dan lain sebagainya. Penilaian seperti ini akan membantu orator mengorelasikan antara topic dan public. Betapa senangnya orator apabila public menerima isi pembicaraannya dengan antusias.
  1. Mengalanisis Audiens
Memahami audiens dan situasi sangat memerlukan kecermatan dan kehati-hatian. Sekali berbuat salah dalam menerapkan poin ini, rusaklah kredibelitas seseorang sebagai orator. Tahap ini mencoba untuk meneliti dan menganalisis jenia audiens dari berbagai sisi dan mempelajari kemungkinan-kemungkian yang akan terjadi dan yang tidak akan terjadi. Kesalahan kecil akibat kecerobohan bisa saja mengundang cemoohan dari audiens.
  1. Menganalisa jenis acara
Menganalisa jenis acara termasuk factor yang penting untuk mempersiapkan bahan pidato karena orator dapat menyesuaikan diri sebelum tampil. Misalnya jenis acara formal, dalam acara seperti ini orator tampil serapi mungkin, bahasa yang digunakan adalah bahasa formal. Beda halnya dalam acara nonformal maupun acara keagamaan.
  1. Mengumpulkan dan menyusun bahan referensi
Bahan-bahan referensi sangat membantu kualitas pembicaraan seseorang. Kuncinya adalah sering membaca buku. Untuk mendapatkan bahan-bahan refereni sebenarnya tidak terlalu rumit, bergantung pada topic yang akan disampaikan. Banyak sekali cara untuk mendapatkan bahan referensi, misalnya engan pergi ke took buku, membaca buku di perpustakaan, dan lain sebagainya.
  1. Melatih penyajian
Banyak cara untuk melatih penyajian dalam berpidato. Salah satunya dengan berlatih di depan cermin. Dengan berlatih didepan cermin kita dapat mengevaluasi gaya bicara dan gerakan-gerakan tubuh kita. Sehingga pada saat berpidato nantinya kita tidak akan merasa canggung dalam menyampaikan isi pidato.
BAB V
Membangun Karakteristik Yang Khas
            Seseorang dikenal karena ada beberapa factor yang memudahkan orang lain untuk mengingatnya.Entah karena factor wajah, postur tubuh, suara, entah kebiasaan berpakaian. Terlebih lagi orang itu akan sangat sulit dilupakan bila ada sesuatu yang menarik yang dimilikinya. Pribadi yang luwes seperti inilah yang sangat jarang dimiliki setiap orang. Berikut ini adalah cara membangun kepribadian tersebut :
  1. Menciptakan cirri khas berbicara
Banyak sekali orator yang kurang kreatif dan menjiplak persis gaya bicara seseorang orator yang sudah popular. Namun, jangan dikira bahwa dengan cara ini akan mempermudah dalam penyapmapian isi pidato maupun mendapat sempatik dari audiens, bahkan justru akan menimbulkan cemoohan. Seorang orator yang kreatif akan menciptakan gaya berbicara dalm berpidato yang menjdaikannya berbeda dengan yang lainnya.
  1. Faktor penampilan
Jangan sekali-sekali meremehkan factor penampilan. Bahwa seorang orator yang tampil di depan massa akan menjdai sorotan utama yang dilihat oleh audiens. Kunci sukser orator sejati adalah kebriliannya dalam memadukan konsep berfikir, bergaya, berintonasi, dan berpenampilan.
  1. Membangun pribadi yang semarak
Sejumlah orator telah menciptakan brand imagenya dengan humor-humro segar. Sudah tentu sejumlah masyarakat sangat suka dengan pola sempalan seperti itu sehinggan rekaman-rekaman pidatonya laku di pasaran. Selain itu pidatonya saat diputar cocok untuk semua suasana. Kelebihan seperti ini sangatlah jarang dimiliki oleh kebanyakan orator. Banyak sekali cara untuk membangu  pribadi yang semarak saat berpidato salah satu caranya dengan menyisipkan cerita, humor, dan lain sebagainya.
  1. Menciptakan suasana komunikatif
Pada dasarnya, membangun suasana komunikatif bagi seorang orator tidak cukup saat berpidato karena hal itu akan menghilangkan kesan yang terlalu eksklusif. Membiasakan diri menyapa orang lain, seara tidak langsung telah memulai komunikatif. Setidaknya, ungkapan yang dibalas adalah senyuman kecil yang menggairahkan sang penyapa. Dengan menciptakan suasana yang komunikatif akan member kesan bahwa pidato kita terasa lebih hidup.
  1. Pribadi yang karismatik
Sosok manusia yang berkarismatik bukanlah sosok manusia yang misterius. Ia sangat akrab dengan lingkungan yang ada disekitarnya, karena ia tidak suka mengasingkan diri dari kehidupan bermasyarakat, bahwa ia mersa dirinya bagian dari masyarakat. Oleh sebab itu, nilai-nilai yang ditanamkan orang ini adalah bentuk pengabdian dan ketulusan.
BAB VI
Strategi khusus mengikuti lomba pidato
            Berikut ini dijelaskan factor-faktor khsus yang dapat dijadikan strategi dalam mengikuti lomba pidato
  1. Menguasai otosugesti
Otosugesti merupakan perkataan yang berada dibenak manusia . Tepatnya berada di alam baeah sadar manusia. Sepertinya otosugesti memang tidak terlihat, namun perannya sangat penting. Sebenarnya otosugesti dapat membuat naluri seseorang selalu menjadi pemenang sehingga orang tersebut seakan-akan tak akan pernah lelah berpacu dengan waktu untuk mempersiapkan aksi di medan yang sesungguhnya.
  1. Perihal lomba pidato
Lomba pidato menantang keberanian seseorang untuk tampil berbicara sebaik mungkin. Oleh karena itu, seorang peserta sebaiknya tidak menggunakan naskah maupun teks. Selain itu, seorang peserta harus tahu gaya bicara yang pantas ditampilkan dalam lomna berpidato sebab tidak semua orang mengetahui hal ini. Walaupun sama-sama berbicara didepan public pidato berbeda dengan khotbah dan ceramah.
  1. Mengembangkan bakat-bakat khusus
Setiap manusai memeliki kelebihan dan kekurangan, khususnya dalam menggali bakat terpendam. Di dalam berpidato, seorang peserta harus mampu membaca diri tentang kelebihan yang akan digali dari dirinya sendiri. Misalnya, seseorang yang pandai dalam berdagang akan menyakinkan pembeli betapa bagusnya barang yang dijualnya itu. Dalam berpidato, ketika menyampaikan meteri seorang orator harus mampu menjelaskan setiap poin yang disampaikan agar para audiens paham akan materi yang disampaikannya.
  1. Hal-hal khusu yang disukai juri
Sebenarnya seorang juri itu sangat suka diajak bicara karena ia akan merasa sangat dihargai oleh orang trsebut. Kita bisa menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan criteria penilaian dalam lomba tersebut. Disamping itu, banyak sekali hal-hal yang disukai okelh juri salah satunya adalah tepat waktu, ucapan hormat kepada juri, dan lain sebagainya.
  1. Membaca kekuatan lawan
Sebenarnya lawan dalam lomba pidato adalah tema, sekalipun belum saling mengenal. Di dalam lomba iti, kita bukanlah mencari musuh melainkan mencari temn, Dengan demikian lawan sebagai kawan, sehingga kita bisa menanyakan segala hal yang berkaitan dengan pidato yang akan dia sampaikan.
BAB VII
Singgasana sang orator ulung
            Singgasana sang orator ulung bukanlah di podium tmpat mereka berbicara. Podium hanyalah alat yang hanya digunakan dalam beberapa waktu saja. Singgasana yang sebenarnya adalah kejujuran dan kesetiaan, Dua hal inilah yang tidak pernah mengeksklusifkan diri seorang orator antara dipanggung dan bukan dipanggung.

Tidak ada komentar: