Kaum Miskin Indonesia

Kaum Miskin Indonesia
Perjuangan kita tak akan sia-sia. Asalkan kita tahu dari mana kita berasal (diktum sokrates), dan kemana tujuan kita (aquinas), serta dimana kita akan berhenti (Honing A Bana).

Sabtu, 25 Februari 2012

Tembok Perbatasan Antara Orang Kaya Dan Orang Miskin


           
” Tak ada manusia yang mengabdi kepada Tuhan dan tidak mengabdi kepada sesama manusia, TUHAN tinggal di gubuknya si’Miskin’’. ( Bung Karno)


Suatau hal yang paling menyedihkan yaitu ketika bumi yang di ciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa ini sudah bukan milik semua makluk yang ada di atas muka bumi. Sudah semakin kuat tembok pemisahan bagi orang miskin dan orang kaya itu bisa kita lihat dalam kehidupan kita setiap hari, yaitu ketika orang kaya mulai membangun pagar tembok di sekeliling rumahnya dengan alasan kenyamanan dan keindahan untuk menunjukan bahwa dialah orang yang mampu membuat perbedaan di kalangannya yang dianggap belum mampu/ miskin. Bukan saja itu tapi saat ini sudah terbentuk suatu kelompok masyarakat atau suatu kampung yang mampu membedakan bahwa mereka adalah kampung orang kaya yang tak pantas bergabung dengan masyarakat miskin. Ini menunjukan bahwa manusia sudah di ajarkan atau di bentuk untuk menumbuhkan jiwa individualismenya ketimang hidup berkelompok atau gotong royong untuk membangun suatu masyarakat dan bangsa  yang hidup bersama  dalam suatu negara demi mewujudkan kesejahtraan bagi seluruh bangsa Indonesia, seperti yang tertuang dalam UUD    . memang semuanya itu berpaling kepada hak individu masing-masing, akan tetapi satu hal yang perlu kita ingat yaitu bahwa kita saat ini dengan tidak sadar sudah membangun tembok pemisah yang sangat kokoh antar orang kaya dan orang miskin.  Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, itu kompleks perumahan dan ini kompleks perkampungan, mereka anak pejabat dan kita anak  jalan. Semuanya sudah meresap dan menjadi atribut bagi  kita bahwa itu orang kaya dan ini orang miskin. Sangat di sayangkan kalau tembok pemisahan ini semakin hari semakin kuat dan kokoh di kalangan masyarakat Indonesia. Akan muncul suatu perasaan secara tidak langsung di kalangan masyarakat bawah kalau mereka di sampingkan atau ditolak untuk  hidup berdekatan dengan orang-orang kaya, padahal kita berada pada satu bumi,kita berada pada satu negara dan bangsa yang semua orang mempunyai hak untuk merasakan kehidupan yang layak di mana pun berada. Penulis meyakini bahwa jikalau hal ini terus menerus terjadi maka suatu saat akan muncul satu kata penolakan dari masyrakat miskin yaitu Revolusi . kalau revolusipun tak mampu menghancurkan tembok perbedaan antara yang Kaya dan Miskin, maka tertawalah masyarakat miskin karna Tuhan selalu hadir di setiap keluhan dan jeritan kalaian semua. Seperti kata pemimpin besar Revolusi bangsa Indonesia Bung Karno” Tak ada manusia yang mengabdi kepada Tuhan dan tidak mengabdi kepada sesama manusia, TUHAN tinggal di gubuknya si’Miskin’’.

Penulis bukan siapa-siapa, penulis hanyalah seorang mahasiswa biasa yang hidup dengan keadaan keluarga yang pas-pasan. 

Tidak ada komentar: