Kaum Miskin Indonesia

Kaum Miskin Indonesia
Perjuangan kita tak akan sia-sia. Asalkan kita tahu dari mana kita berasal (diktum sokrates), dan kemana tujuan kita (aquinas), serta dimana kita akan berhenti (Honing A Bana).

Jumat, 13 Januari 2012

Timor Tengah selatan Vs Timor Tengah Sengsara


                                                    * Honing.A. Bana

    Itulah nama samaran TTS yang saya baca dalam sebuat akun faccebook Peduli Timor Tengah Selatan. Sebagai anak asli TTS, ketika saya membaca nama samaran TTS  itu serasa saya sedang dipukuli dengan seutas rotan. Herannya yang menulis atau yang memberikan nama samaran itu pun adalah seorang anak asli TTS. Ketika membaca tulisan itu sempat  timbul pertanyaan dalam pikiran ku, Apa yang membuat sehingga anak asli pribumi itu harus memberikan julukan seperti itu? Awal-awalnya saya merasa ini adalah sebuah ejekan yang hanya dipakai untuk bercanda ,tapi setelah saya mencoba untuk melihat kembali secara dekat, ternyata nama Kabupaten Timor Tengah Selatan memang cocok menjadi nama samaran TTS yang saya cintai. Nama itu memang menunjukan kebenaran bahwa masyarakat TTS saat ini sedang sengsara. Harga bahan pokok melambung tinggi sedangkan hasil panen yang mereka punya juga harus dipakai sendiri karena tidak adanya bantuan pemda untuk mengelola hasil yang mereka dapat untuk dipasarkan , belum lagi masyarakat yang selama ini dibodohi oleh kapitalis-kapitalis remaja  di TTS yang sedang bertumbuh menjadi kapitalis-kapitalis dewasa . Kapitalis remaja itulah nama yang saya berikan bagi calon-calon kapitalis di TTS saat ini. Banyak masalah-masalah yang terjadi di TTS dalam beberapa tahun terakhir . Mulai dari masalah batu marmer di mollo, gizi buruk, kekeringan, trafiking, anak putus sekolah dan lain-lain.  Bagaimana penerus bangsa ini mau belajar jika orang tuanya tidak mampu menyekolahkan anaknya? Saya yakin bukan orang tua tidak mau menyekolahkan anaknya tapi masalah keuangan dalam kehidupan rumah tangga yang tidak mencukupi. Bagaimana orang tua berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kalau hasil panen yang mereka punya tidak ada nilai jual? Hasil kebun seperti jagung,ubi,pisang dan lain-lainnya setelah dipanen hanya bisa di komsumsi sendiri sekaligus di jadikan makanan binatang seperti babi,ayam dll. Kenapa seperti itu? karena mereka tidak tau hasil panen mereka mau dijual kemana? Ya hasil panen mereka itu cuman dijual kepasar terdekat agar uangnya dipakai untuk membeli pelengkap makanan seperti garam,kecap dan lain-lain.  Mengapa hasil panen mereka seperti pisang atau ubi tidak di kelola ke jenis makan lain agar mendapat nilai jual? Ya bagaimana masyarakat didesa mampu mengelola kalau mereka hanya tamatan SD,SMP atau mungkin yang paling tinggi  tamatan SMA mau berpikir untuk mengelolah hasil panen mereka ke jenis makan yang lain. Jika mereka mengelolah mungkin hanya membuat kripik pisang atau ubi saja. Seharusnya pemerinta daerah memberikan penyuluhan kepada masyarakat desa agar mereka bisa mengelola hasil panen mereka ini.
  Sangat menggelikan, hah…memang sangat menggelikan bahkan menjijikan jika masyarakat sudah sengsanra tapi masih ada pemimpin yang melakukan tindak pidan korupsi( Mencuri uang rakyat) padahal masyarakat TTS yang sedang sengsara ini harus di segera di beri pertolongan. Pasti akan timbul pertanyaan lagi didalam benak kita, apakah pemimpin-pemimpin ini tak punya perasaan sehingga dalam keadaan seperti inipun mereka masih melakukan tindak pidana korupsi?yah..kita harus tau tentang politik balas-budi. Contohnya: saya mencalonkan diri menjadi bupati,tapi saya tidak mempunyai modal,apalagi untuk mencalonkan diri menjadi seorang bupati harus membutukkan modal yang cukup besar.yah jalan satu-satunya adalah dengan meminjam uang dari orang lain. Jangan heran jika saudara melihat orang-orang yang stress atau gila saat mereka gagal mencalonkan diri menjadi bupati. Yang membuat mereka stress atau gila bukan masalah tak mampu bersaing dalam pemilihan tapi bagaimana mereka harus menggantikan uang yang sudah mereka pinjam , apalagi uang yang mereka pinjam itu harus di tambah dengan bung yang lumayan tinggi. Bukan saja orang yang gagal lolos menjadi bupati yang stress, tapi bupati yang terpilihpun juga harus memutar otak agar bisa menggantikan uang yang sudah dipinjam dengan bunga yang cukup tinggi. Bagaimana cara nya agar menggantikan uang ini? Yah..jalan satu-satunya harus mencuri uang rakyat  untuk membayar utang pribadinya itu. Atau proyek-proyek di daerah tersebut harus diberikan kepada orang tertentu yang sudah membantu nya dalam proses menjadi seorang bupati. Intinya saya membantu anda dan apa yang akan anda berika kepada saya. Politik balas-budi ini adalah salah satu kebiasaan yang membuat masyarakat di pinggirkan. Hal-hal seperti ini memang biasa terjadi di kalangan pemimpin tapi tidak dipungkiri juga kalau tidak semua pemimpin memakai cara seperti ini.
   Kembali lagi pada masyarakat ahh…malas ngomong soal pemimpin-pemimpin yang main paricuk . Hhe
saya ingin memaparkan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah agar kehidupan masyarakat di daerah mungkin bisa sedikit tertolong :
1.Tolonglah memberikan penyuluhan ke desa-desa paling sedikit Satu bulan sekali.penyuluhan tentang pertanian,perkebunan,cara beternak yang baik , membuat home industry dan lain-lain. Dalam melakukan penyuluhan juga harus terus di dampingin atau dikawal sampai mereka bisa mandiri.
2.kekayaan sumber daya alam di bumi TTS tolong jangan diberikan begitu saja kepada orang luar untuk mengelola,apalagi orang luar NTT , Yah..kalau tak ada orang asli yang mampu mengelola SDA itu, bolehlah dikelola oleh orang luar asalakan tolong dalam mereka mengelola harus terus di kawal oleh pemda.
  Saya melihat pemda saat ini seperti menutup mata kanan dan membuka mata kiri, alias Main mata, Seperti Batu mangan yang dia ambil dari bumi TTS maka paling sedikit harus ada pembangunan di TTS dari hasil sumber daya alam di bumi atoin meto jadi ada hubungan timbal balik,jangan hanya diambil saja tapi tidak ada dampak di daerah yang tersebut. Lingkunganpun harus di jaga jadi jangan asal membongkar bumi TTS saja. Dalam arti boleh mengambil asalkan lingkungan harus dijaga atau paling tidak harus terus di perbaharui. Saya mencontohkan mengambil hasil bumi itu seperti kita memelihara sapi perah, walaupun kita terus mengambil susu dari sapi ini tapi kita memelihara sekalaigus menjaga sapi ini dengan membeir makan dan memberikan suntikan jika sapi ini terkena penyakit. Jadi bukan kita hanya mengambil saja tapi mengambil sekaligus memelihara dan menjaga. TTS memeliki hutan yang cukup luas jadi tolonglah dalam mengambil hasil hutan tersebut harus terus di jaga dan perbaharui. Kalau mengambil atau memotong kayu di suatu hutan, ya harus paling sedikit kita memeperbaharuinya dengan menanam kembali tanaman pengganti yang sudah dipotong atau di tebang.
3. Masalah hasil panen di kalangan petani TTS.  Petani yang saya maksudkan disini seperti petani-petani di amanuban (bena). Mereka bersusah payah mulai dari membajak sawah sampai memananen, saya pikir itu adalah suatu usaha yang membutuhkan tenaga ,pikiran dan kesabaran.Tapi ketika mereka mulai memanen maka muncullah kapitalis-kapitali remajadi TTS yang mulai berdatangan, Meraka menawarkan mesin pemotong padi dan mesil mol padi. Pada saat itu juga kapitalis ini cuman tertawa melihat uang yang mulai beterbangan ke arahnya. Bayangkan saja saat memanen petani mendapat 50 karung padi maka ketika di mol mereka akan mendapatkan 25 karung beras,karena  tidak mempunyai alat pemotong padi atau alat mol padi maka dengan 25 karung beras ini harus di bagi dua yaitu 12 karung setengah ke petani dan 12 karung setengahnya ke pemilik mol. Hah…bagaimana petani TTS mau menarik napas untuk menyekolahkan anak mereka atau memenuhi kebutuhan rumah tangga kalau tenaga dan pikiran mereka tidak sesuai dengan hasil akhir mereka. Jangan Heran ataupun marah ketika Timor Tengan Selatan yang kita cintai ini mendapat julukan Timor Tengah Sengsara.Biarlah dengan julukan  Timor Tengah Sengsara  ini menjadi suatu pelajaran untuk kita agar kita kembali membalikan pandangan kita kebelakang untuk melihat daerah yang kita cintai  ini. Apakaha anda setuju dengan nama samaran itu?

Tidak ada komentar: